GMKI sebagai Muara dari Pergulatan Kekristenan dan Kebangsaan: Catatan Hari Ini
Anggota GMKI berlatarbelakang keyakinan agama tertentu, yakni Kristen. Dan kekristenan yang terdiri dari berbagai aliran dan denominasi, dari sisi dogma, ritual dan etika memiliki perbedaan dengan penekanan dan orientasi yang berlain-lainan. Sebagai organisasi berbasis mahasiswa Kristen, GMKI menempatkan kata Indonesia sebagai nama atau jati diri organisasi. Artinya “Indonesia” bukan sekedar embel-embel dan pemanis rasa. Indonesia adalah bidang yang menjadi bagian dari pergumulan keimanan dalam kekristenan. Dalam kesadaran akan lingkungan dan bangsanya yang berada dalam situasi keterjajahan, maka mahasiswa Kristen pun bangkit. GMKI lahir bukan dari konteks dan orientasi keagamaan. Bukan pula bertujuan mengubah masyarakat indonesia menjadi penganut agama Kristen. Jiwa kekristenan yang melekat dalam jiwa organisasi GMKI bercorak kebangsaan, bukan demi dan oleh fanatisme keagamaan.
Itu berarti corak kekristenan yang dimiliki tidak berorientasi pada perjuangan keagamaan kristen, melainkan perjuangan yang berorientasi pada isu dan tema besar kebangsaan. Tanpa kata “Indonesia” maka organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Kristen belaka.
Sangat mengherankan, bilamana anggota GMKI tidak tahu menahu apalagi tidak mau tahu tentang Indonesia. Kata “indonesia” adalah juga istilah politik, yang mewakili suatu gerakan perjuangan berbasis politik yaitu kemerdekaan. Indonesia adalah nama lain untuk sebuah kemerdekaan dan untuk menjadi sebuah negara yang berdaulat. Dalam hubungan itu tak pelak lagi, bahwa “Indonesia” bukan sekedar tempelan, atau ruang lingkup belaka. Bagi GMKI Indonesia adalah perjuangan dan basis kebangsaan/nasionalis.
Memang disayangkan jika latarbelakang atau motivasi masuk GMKI hanya dan karena unsur Kristiani, yang kemudian sekedar dihayati sebagai organisasi pelayanan dan “pemenangan jiwa”. Kalau istilah “pemenangan jiwa” di pakai dalam syair Mars GMKI (perlukah term ini dipertimbangkan kembali ?) segera disadari bahwa yang dimaksud bukanlah pemenangan dalam rangka pengkristenan, melainkan dalam konteks tumbuhnya dan berakarnya semangat dan jiwa sebagai satu bangsa: Indonesia.
Di sana-sini ada pandangan miring dan sinis: “GMKI itu kerjanya berpolitik”. Mungkin itu sebab (faktor) banyak orang tua yang enggan mendorong anak mahasiswa mereka untuk bergabung. Demikian pun warga gereja (baca: yang berstatus mahasiswa) yang memahami bahwa gereja dan kekristenan adalah sesuatu yang steril dari masalah politik, akan berpikir tujuh kali untuk bergabung dalam GMKI. Dalam lingkup alam pikiran aliran teologis tertentu, politik adalah sesuatu yang dipandang “duniawi” dan “kotor” dan terkesan buruk bagi seorang kristen, sebab (mungkin) karena tidak menyediakan “santapan rohani” bagi jiwa yang haus dan lapar akan “kebenaran” firman Tuhan.
Menurut John Titaley, Indonesia adalah satu anugerah dari Tuhan. Anugerah berarti pemberian. Dan pemberian itu berarti mandat atau tanggungjawab. Gabe ist auf gabe (berkat adalah tanggungjawab). Tidakkah Tuhan meminta pertanggungjawaban iman atas pemberianNya, Indonesia?
Dengan demikian tudingan bahwa GMKI itu organisasi politik adalah ungkapan yang rancu atau luncas, alias tidak kena mengena dengan persoalan. Jelas, GMKI tidak dan bukan sebagai organisasi politik. Sebab salah satu syaratnya, jika GMKI adalah organisasi politik, maka secara hukum seharusnya dan pada faktanya mestilah terdaftar resmi di Departemen Dalam Negeri dan instansi lain sebagai satu partai politik. Tetapi bahwa GMKI, sebagai bagian dari hidup berbangsa dan bernegara tentu tidak dapat bermasa bodoh, berdiam diri dan membiarkan dirinya menutup mata, pikiran, hati bahkan imannya terhadap persoalan bangsanya.
Mungkin ada insan, tokoh atau kader GMKI berpolitik praktis: mendukung atau berjuang untuk menjadi Kepala daerah atau eksekutif. Tetapi kalau membawa-bawa nama GMKI tentu keliru. Ia membutuhkan dukungan partai politik dan tentu saja rakyat. “Seorang kader GMKI berpolitik praktis” tentu tidak sama artinya dengan “GMKI berpolitik praktis”. Jauh panggang dari api.
Pembicaraan tentang politik dan orang kristen berpolitik memperhitungkan soal keamanan dan perlindungan. Dan hak berpolitik, berserikat dan bersuara adalah hak seorang warga negara yang dijamin oleh undang-undang. Mungkin ada pihak yang tidak senang. Tetapi jangankan itu. Dalam hal ibadah dan cara ibadah pun ada yang senang dan tidak senang. Jadi siapa tahu ada kekuatiran dengan soal keamanan. Jangan lupa. Orang Kristen mengakui bahwa Tuhan itu maha kuasa. Tetapi bila orang kristen hanya merasa aman dan terlindungi dalam lingkungan pergaulan dan interaksi dengan yang se agama Kristen, itu berarti Tuhan dipandang hanya berkuasa menjaga di wilayah tertentu.
Politik adalah suatu terminologi umum, dengan pengertian dasar yang berkaitan dengan gerakan suatu komunitas yang menata kehidupannya. Paham dan pandangan dimana politik dimaknai sebagai usaha membangun, memelihara dan mempertahankan kekuasaan harus dimengerti dalam konteks bahwa perilaku politik praktis berkaitan dengan kekuasaan. Meski demikian, politik tidak semata-mata bicara tentang kekuasaan. Seluruh aspirasi dan tindakan dari warga masyarakat yang berkenaan dengan kehidupan bangsanya bernilai politis.
Politik dapat dimengerti pada tiga tataran pengertian. Pertama, sebagai ilmu pengetahuan, yang khusus membicarakan dan mempelajari serta mengembangkan teori dan pengertian tentang bagaimana suatu masyarakat menata dirinya dan menata relasinya dengan bangsa lain. Perlu dong belajar politik, supaya kita tidak buta melainkan melek politik. Kedua, politik dalam artian etis, dimana warga masyarakat mengingatkan, menyerukan atau menyuarakan atau memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini sebagai nilai dasar dalam kehidupan masyarakat. Bersuara pada sisi ini adalah gerakan politik etis, dengan catatan tidak berkolaborasi, ditunggangi secara kelembagaan oleh organisasi partai politik tertentu. Dan ketiga, politik dalam artia praktis: mempengaruhi masyarakat agar mendapatkan suara, direkrut dan merekrut orang untuk duduk dalam jabatan politik; memelihara dukungan politik yang ada, serta mempertahankan kedudukan politik yang telah ada.
GMKI bukan organisasi politik. Namun jika dia terlibat dan melibatkan diri dalam permasalahan bangsanya, itu adalah sikap politis sebagai bagian dari bangsa ini. Orang Kristen bukan penumpang gelap dalam negara Indonesia, kata A. A. Yewangoe. Jika GMKI terlibat dan ikut serta dalam memikirkan dan menggumuli permasalahan bangsanya, maka jelaslah arti kata “Indonesia”. Benarlah, GMKI adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu identitas, secara de fakto dan de jure, yakni Indonesia: sebagai suatu bangsa dan negara yang memperoleh kemerdekaan dari perjuangan rakyatnya.
Dalam berbagai kesempatan diskusi, sy melemparkan pernyataan: Peribadatan dan penyembahan adalah kerangka keagamaan yang dibuat oleh manusia, yakni orang-orang percaya di masa lampau dan yang kemudian dilestarikan, dan terus diikuti sampai sekarang. Adalah orang percaya yang memandang perlu dan penting untuk memuliakan Allah.
Inipun dapat digolongkan sebagai tindakan politis-etis atas nama ritual dalam rangka pembangunan kesehatan jiwa dan mental warga masyarakat. Tetapi peribadatan sesungguhya tidak hanya terbatas dan dibatasi dalam pengertian ritual, dan kemudian disebut beriman. Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Kekristenan tidak mengajarkan suatu corak kehidupan ibadah yang ritualisme. Berbuat sesuatu kepada orang yang dipandang rendah dan hina, adalah perbuatan ibadah.
Ut Omnes Unum Sint
Tidak ada komentar:
Posting Komentar