Jumat, 17 Februari 2012

KEHIDUPAN YANG BERSAKSI


KEHIDUPAN YANG BERSAKSI

Mahatma Gandhi, di depan ribuan mahasiswa Kristen di Colombo pernah berujar, “seandainya kekristenan hanyalah kotbah di bukit, maka saya telah menjadi orang Kristen. Tetapi karena hidup orang-orang Kristenlah maka saya tidak mau menjadi Kristen.” 
Friedrich Nietzche, seorang filsuf atheis, pernah menjawab pertanyaan mengapa ia sangat membenci kekristenan. Dia menjawab, “saya akan percaya pada jalan keselamatan mereka (orang Kristen), apabila mereka sedikit lebih terlihat seperti orang yang sudah diselamatkan.
Seorang pendiri gereja setan mengatakan pada hari Minggu mereka ini terlihat sebagai orang-orang yang saleh di gereja, tapi di hari-hari lain mereka berkanjang di dalam berbagai dosa dan kenistaan. Pengalaman itu mendorong LaVey untuk mendirikan gereja (setan) di mana para anggotanya bebas mengumbar nafsu tanpa dibungkus kemunafikan. 

Hal hal seperti ini telah menjadi sebuah fenomena yang timbul akibat kehidupan orang kristen masa kini, mari kita lihat sebagian kecil ayat dalam kitab suci bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang Kristen, sebagai pribadi yang telah menerima Yesus sebagai juruselamat. 
" kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di seluruh Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi " ( KIS 1 : 8 ), 
( EF 5 : 18 ). 
" Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka yang ,elihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu yang di sorga. " ( MATIUS 5 : 18 ).  Pada dasarnya dalam kehiduapan sebagian besar orang Kristen istilah saksi dan bersaksi tentu saja bukan merupakan hal yang baru lagi. Saksi merupakan identitas kita sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Identitas ini membawa kita kepada satu panggilan untuk memberitakan Kristus di dalam hidup kita. Namun, semudah itukah kita menjadi saksi Kristus? Apakah hanya dengan mengaku percaya, seseorang dapat secara otomatis beridentitaskan saksi Kristus? Bersaksi merupakan satu tugas untuk memberitakan sesuatu yang telah dialami. Jika kita saksi Kristus berarti kita harus menyaksikan Kristus dalam hidup kita, tapi apa dan bagaimana syaratnya? Mengapa selama ini banyak orang Kristen belum bersaksi secara efektif ?

A. Orang Kristen adalah saksi hidup


Di pengadilan ada 3 syarat wajib untuk seseorang dapat diakui sebagai saksi : dia harus melihat sendiri peristiwa itu, dia harus mendengar sendiri peristiwa itu, dan dia harus mengalami peristiwa itu. Nah, kredibilitas seorang kristen juga diukur dari ketiga syarat itu, yaitu : melihat, mendengar, dan mengalami Injil Kristus.

1. Aku harus melihat sendiri peristiwa (Injil) itu.


Memang kita tidak mungkin bisa melihat kejadian ribuan tahun lalu secara fisik, saat Tuhan Yesus berinkarnasi, melayani, menderita, disalibkan, dan bangkit dari kematian. Lalu bagaimana kita dapat "melihat" Injil itu? Melalui Firman Allah, kita bisa dengan iman melihat Injil Tuhan, ikut merasakan pergumulan Yesus pada saat itu, dan saat-saat Kristus mati di atas kayu salib. Dasar inilah yang mengesahkan kita menjadi saksi-Nya dari syarat (1) melihat Injil itu. Sama seperti Maria dan murid-murid Tuhan telah mensaksikan kebangkitan Tuhan secara pribadi lepas pribadi (Yoh 20:18;25).

2. Aku harus mendengar sendiri Injil itu


Prinsip dasar iman Kristen mengakui bahwa berita Injil mewartakan Allah yang berinisiatif mencari manusia yang berdosa melalui Kristus saja. Ini berarti iman seseorang tidaklah tergantung dari hubungan keluarga, persaudaraan, atau iman kelompok tetapi merupakan pertanggungjawaban iman tiap pribadi (swarga nunut, neraka katut). Allah menuntut pertanggungjawaban iman kita secara pribadi. Iman ini berasal dari mendengar Firman Allah yaitu Injil itu sendiri. Mendengarkan Firman secara kontinyu dan memahaminya adalah wujud ketertundukan kita di hadapan Allah untuk diajar. Banyak orang yang merasa sudah tahu, menjadi sombong dan berkata tidak perlu lagi mendengar khotbah. Dalam hal ini perlu adanya sikap mendengar dengan hati yang terbuka dan rendah hati untuk diajar dan belajar Injil itu sendiri sehingga kita bisa menjadi saksi.

3. Aku harus mengalami Injil itu


Satu bagian ini begitu penting karena inilah wujud respons dan tanggung jawab kita setelah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Inilah yang disebut sebagai mengalami Injil secara pribadi. Kita harus menempatkan Yesus sebagai Tuhan atas hidup kita dan menjalankan apa yang Yesus mau. Jika kita selama ini hanya mendengar Injil tetapi belum taat kepada Tuan kita, maka kita tidak layak jadi saksiNya. Itulah jawaban mengapa saat ini banyak orang Kristen malas bersaksi, mungkin mereka belum benar-benar menyerahkan hidup kepada Kristus.


B. Mengapa Kita Harus Bersaksi ?

 Dikuasai oleh kasih
    Pertama, kita harus bersaksi sebab kasih Kristus menguasai kita.2 Ini adalah kata-kata Rasul Paulus. Oleh karena di dalam kehidupannya sendiri dia sudah mengalami kasih dan pengampunan Allah, dia menghendaki agar setiap orang mengalami kasih yang sama. Jika saudara sungguh-sungguh mengenai Kristus, saudara juga tentu ingin memperkenalkan Kristus kepada orang-orang lain.

 Kristus memerintahkan
    Kedua, kita harus bersaksi sebab Kristus sudah memerintahkan kita agar bersaksi. KataNya, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."3 "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah ....

 Manusia sesat
    Ketiga, kita harus bersaksi sebab tanpa Kristus manusia sesat. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. " 5.
Firman Allah dengan tegas menyatakan, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. "

Manfaat yang diterima
Keempat, kita harus bersaksi karena manfaat-manfaat yang diperoleh mereka yang menerima Kristus. Apabila kita membawa orang-orang lain kepada Kristus, mereka menjadi anak-anak Allah;7 tubuh mereka menjadi rumah Allah;8 segala dosa mereka diampuni - yang sudah lalu, yang sekarang dan yang akan datang;9 mereka mulai mengalami damai dengan Allah;10 mereka menerima petunjuk-petunjuk dan maksud Allah bagi kehidupan mereka, 11 dan mereka mengalami kuasa Allah yang mengubah kehidupan mereka. 

Pertumbuhan rohani
    Kelima, kita harus bersaksi karena manfaat-manfaat yang diterima oleh mereka yang bersaksi. Bersaksi memajukan pertumbuhan rohani. Bersaksi membuat kita berdoa dan mempelajari Firman Allah dan memaksa kita menggantungkan diri kepada Kristus. Dengan bersaksi dalam kuasa Roh Kudus, kita inenaburkan kasih, sukacita dan perdamaian. Menurut hukum dalam hal menabur dan menuai, kita senantiasa menuai apa yang kita tabur dalani jumlah yang lebih besar dari pada yang kita tabur. 13 Umpamanya, jika kita menaburkan kasih, kita senantiasa menuai kasih - tetapi selalu lebih banyak dari pada apa yang kita tabur. Yesus berkata, MakananKu ialah melakukan kehendak Dia (Allah) yang mengutus Aku. " 14 Ayat ini mengenai pengalanianNya bersaksi kepada wanita Samaria.

Hak  istimewa  yang  luar  biasa
    Keenam, kita harus bersaksi sebab hal itu merupakan suatu hak istimewa yang luar biasa. Dalam suratnya yang kedua kepada Jemaat di Korintus, Paulus menulis, "Kami ini adalab utusan-utusan Kristus, seakanakan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah." 15
Kebanyakan orang menganggap bahwa menjadi duta bagi kepala negara mereka, presiden atau raja, merupakan suatu kehormatan besar, tetapi sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus, kita ini adalah duta-duta Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala yang dipertuan !.

Kuasa untuk bersaksi
    Ketujuh, kita harus bersaksi sebab Roh Kudus memberi kita kuasa untuk bersaksi. Yesus berkata, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu..16         Tidak bersaksi bagi Kristus, berarti menyangkal Roh Kudus, menyangkal hakNya untuk memberi kuasa kepada kita dan memakai kita untuk membawa orang lain kepada Juruselamat kita.



Hidup untuk bersaksi


Setelah kita menerima Kristus apakah ada yang berbeda dari hidup kita? Ya, bahkan berubah 180 derajat. Paulus berkata hidup yang dahulu adalah sampah tetapi satu yang dia ketahui sekarang adalah Kristus. Setelah manusia diperdamaikan dengan Allah dan menjadi umat pilihanNya, inilah identitas kita: Saksi Hidup Yang Bersaksi Bagi Injil Allah! Segala orientasi hidup kita harus menyenangkan Allah bukan menyenangkan diri kita. Sebagai hamba Allah kita harus mewartakan Injil dimana dan apapun posisi kita. Keindahan berita sukacita ini harus tampak dalam kehidupan sehari-hari lewat cara berbicara yang penuh kehangatan, sikap yang penuh sopan, penghargaan pada orang lain, dan sikap kasih kepada semua orang. Pengabaran Injil sangatlah perlu didukung dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan itu sendiri. Jika Yesus sudah menebus kita, masihkah kita menahan diri untuk bersaksi bagi namaNya? Saudaraku kita adalah saksi Kristus yang menghidupi anugerahNya dan hidup untuk membawa jiwa yang terhilang kepada Kristus lewat kehidupan kita (Mat 28:19-20).

Syalom !!

KABID PKK
GMKI Denpasar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar