Selasa, 28 Februari 2012

KAUM MUDA DAN HEDONISME

HEDONISME DI KALANGAN REMAJA
BAB I


PENDAHULUAN


A.Latar Belakang Masalah

Disinyalir Hedonisme telah erat merekat dalam hidup kita.Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis.Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak.
Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain ( homo ludens-makhluk bermain ) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan.Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini.Sebagai contohnya,remaja yang suka ML ( making love-bercinta ) atas dasar senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya adalah perilaku hedon.
Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda.
Para remaja berlomba-lomba mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi apa yang diinginkannya.Berbagai upaya dilakukan agar apa yang diinginkannya dapat tercapai.Segala daya dan upaya dilakukan untuk mencapai kenikmatan hidup, salah satu caranya dengan mencari popularitas. Menjadi orang yang terkenal dan diidolakan bak selebritis. Media-media instan pun berduyun-duyun menghadirkan reality show untuk menjadi bintang,banyak contoh AFI,KDI,Indonesian Idol,dll. Sebuah infiltrasi budaya yang terjun ke tengah-tengah masyarakat terutama dunia remaja yang menawarkan gaya hidup yang tak jauh dari konsep hedonisme. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh hedonisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup.
Ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur,bahkan hilang.Kepekaan sosial mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam bersosialisasi.Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka.Dan mereka seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus apalagi mencicipinya.Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli.Akibatnya ketika ada orang yang membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban.

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskann masalah yang dibahas sebagai berikut:
  1. Apakah Hedonisme itu.
  2. Bagaimana Hedonisme di kalangan remaja.
  3. Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.

  1. Tujuan
  1. Mengetahui apakah hedonisme itu
  2. Mengetahui bagaimanakah hedonisme di kalangan remaja.
  3. Mengetahui hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

  1. Hedonisme
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan cenderung lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang bersifat sementara. Masa depan tidak lagi terpikirkan.Saat paling utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa depan atau masa lalu. Hidup adalah suatu kesempatan yang datangnya hanya sekali. Karena itu, isilah dengan kenikmatan tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan diakibatkan.Bila terlampau memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia karena setiap kesempatan yang ada akan terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis negatif yang berkembang saat ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya hidup masyarakat modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat kental mewarnai kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan tidak baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar buruk; (3) bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles menolak pendapat yang pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga kenikmatan tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai taraf tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan bahwa semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan kenikmatan baik atau buruk tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan aktivitas yang baik atau buruk.
Menurut Epihurus dalam Russell (2004: 372) untuk menjaga ketentraman batin, ia menganggap kenikmatan sebagai yang baik, dan tetap memegang teguh, dengan konsistensi yang luar biasa, terhadap segala konsekuensi dari pandangan ini. Kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang penuh berkah. Epihurus tidak sependapat dengan para hedonis pendahulunya dalam membedakan antara kenikmatan aktif dan pasif, atau kenikmatan dinamis atau statis. Kenikmatan dinamis terdapat dalam tercapinya tujuan yang diinginkan, keingginan sebelumnya itu disertai pendidikan. Kenikmatan statis terdapat dalam keadaan ekuilibrium, yang tercipta dari adanya semacam keadaan yang diinginkan jika keadaan itu tidak terjadi. Saya kira kita bisa mengatakan perumusan rasa lapar, ketika upaya untuk memuaskan itu masih berlangsung merupakan kenikmatan dinamis, namun keadaan senang yang lantas timbul ketika rasa lapar itu telah sepenuhnya terpuaskan adalah kenikmatan status. Dalam kedua hal ini Epihurus lebih bijaksana jika mengejar jenis kedua, sebab lebih murni, dan tidak tergantung pada adanya penderitaan. sebagai perangsang munculnya keinginan. Ia mengatakan juga bahwa kenikmatan sosial yang paling aman adalah persahabatan, karena beranggapan bahwa semua manusia senantiasa hanya mengejar kenikmatannya sendiri, kadang dengan cara yan bijaksana, kadang secara tak bijaksana.
Menurut Cicerno dalam Russell (2004:335) ia berpendapat bahwa persahabatan tak dapat dipisahkan dari kenikmatan, dan oleh sebab itu harus dikembangkan, kerena tanpa hal tersebut kita tidak dapat hidup dalam keamanan dan terjauhkan dari kecemasan, tak pula bisa merasakan kenikmatan.
Sedangkan menurut Broke dalam Russell (2004 : 842) menyakini bahwa kesenangan adalah sesuatu yang baik, dan ini merupakan pandangan yang diterima luas dikalangan empiris disepanjang abad 18 dan 19. Namun pandangan ini bertentangan dengan Isobbes dalam Russell (2004 : 842) mengagungkan kekuasaan. Sebaliknya Spinoza dalam Russell (2004 : 842) pada titik tertentu sependapat dengan Isobbes, adapun pandangan pertama berasal dari Isobbes, sedangkan yang kedua kebaikan terdapat kemanunggalan mistis dengan Tuhan.
Menurut John Stuart Mill dalam bukunya, Utiliarianism menawarkan argumen yang sedemikian menyesatkan sehingga sulit dipahami mengapa ia mengira argumen tersebut salah. Ia berkata: Kesenangan adalah satu-satunya hal yang patut dihasrati (desired); karenanya kesenangan adalah satu-satunya hal yang paling terhasrati (desirable). Ia berargumen bahwa satu-satunya benda yang dapat terlihat (visible) adalah benda yang dilihat, satu-satunya benda yang dapat terdengar adalah benda yang didengar. Ia tidak memperhatikan bahwa suatu benda dapat dilihat, jika benda itu patut terhasrati dan benda itu seharusnya dihasrati. Jadi disini jelas bahwa patut terhasrati merupakan syarat dari dihasrati.
Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip yang mengatakan bahwa mausia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme etis). Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
Karakteristik Hedonisme
Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau dengan kata lain : Bahagia = Kesenangan.
Disini hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik:
  1. Hedonisme Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama
dan mendalam.
Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.
  1. Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang.
Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.
Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme banyak jenisnya, secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan:
  1. Kesenangan Fisik
Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan dinikmati oleh batang tubuh/raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima kesenangan itu dari tenggorokkan sampai keperut. Hasil kesenangan itu biasa dinilai dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, delicious, dan sebagainya.
Bila sumbernya hubungan badani (coitus), maka yang menerima kesenangan itu adalah alat kelamin, seluruh badan jasmani, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: nikmat, enak, sedap dan sebagainya.
Bila sumbernya sebagai hasil kerja, misalnya pekerjaan tangan, atau sesuatu yang menggunakan tenaga seperti pekerjaan di pelabuhan, di kebun, di pertambangan, dan sebagainya, maka kesenangan itu dinilai dengan sebutan: memuaskan, beres, selesai, upahnya pantas dan sebagainya.

  1. Kesenangan Psychis/Rohani
Bila sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi atau prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merdu/musik, maka hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat, indah, memuaskan mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan oleh rasa, emosi, dan getaran jiwa.
Bila sumbernya itu berasal dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan itu adalah otak, pikir, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: ilmiah, merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam, intellegensi yang tinggi, mengagumkan dan sebagainya.
Bila sumbernya adalah kepercayaan yang menikmati kesenangan itu adalah jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, rasa takwa, syahdu, suci, yakin dan sebagainya.
Karakteristik menurut Pospoprodijo (1999:71) Kesenangan yang dimaksud adalah kesenangan untuk hidup saja, yakni kesenangan yang kita dapat dengan perantara kemampuan-kemampuan kita dari subyek-subyek yang mengelilingi kita didunia ini.

  1. Hedonisme di kalangan remaja
“Virus”hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja.Dari anak hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini.Anak punya kecenderungan hedonistis.Akibat kodrat biologis dan belum jalanya daya penalaran, anak harus bergantung pada ibu atau orang lain.Minum dibuatkan,makan disuapin,jalan jauh merengek minta gendong.Ia menggantungkan hidupnya pada orang lain karena memang ia belum sanggup mengerjakan sendiri.Ia hanya ingin nyaman dan nikmat.Hedonis?Ya,tapi lebih tepat disebut hedonis secara biologis.Bersama dengan berjalanya waktu dan proses sosialisasi,ia akan mulai punya kesadaran dan kemampuan menentukan pilihan.Nah,kalau ia sudah sampai pada taraf kesadaran seperti itu namun tetap bersikap”kebayi-bayian”seperti tadi,barulah ia disebut hedonis.
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja yang gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini.Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan kampus..Misalnya adanya "ayam kampus" ( suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.
Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka. Masa bodoh dengan kuliah, yang penting have fun tiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free sex yang melanda kehidupan kaum muda sekarang.Sudah tentu, jika anggapan tentang seks bebas diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja, pastilah tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut adat-istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang sakral.Kemudian contoh kasus lain lagi, yaitu praktik jual beli nilai di kampus yang sekarang sedang merebak. Jika dilihat lebih jauh, ternyata itu juga dampak dari gaya hidup hedonis yang melahirkan adanya mentalitas instan.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang.Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa kita harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau hasilnya sama.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat.Acara ini sangant diminati terutama para remaja.Bila dilihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereleminasi.Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri Seribu satu masalah ini.
C.Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki kesenangan.Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja.Tapi sayangnya kadang semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir mereka dalam menyikapi berbagai persoalan.Banyak diantara para remaja yang melarikan diri dari masalah dengan berhura-hura.Kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan di kalangan remaja.
Dalam identifikasi mentalitas budaya yang dikemukakan Sorokin, sikap hedonisme yang telah menjadi budaya hedon di kalangan remaja dimasukkan dalam kebudayaan indrawi.Yaitu kebudayaan indrawi pasif dan kebudayaan indrawi sinis.
  1. Kebudayaan indrawi pasif yang meliputi hasrat menikmati kesenangan indrawi setinggi-tingginya (“eksplorasi parasit” ,dengan motto makan minum dan kawinlah sebab besuk kita akan mati).Pola pikir seperti itulah yang mengajak para remaja hanya bersenang-senang selagi ada kesempatan,seakan-akan hidup hanya”mampir”karena itulah mereka hanya mengejar kesenangan,padahal masih banyak hal yang bernilai dalam hidup ini selain makan minum dan bersenang-senang saja.
  2. Kebudayaan indrawi sinis,yang mengejar tujuan jasmaniah dengan mencari pembenaran rasionalisasi ideasional ( yang sebenarnya tidak diterimanya ).Banyak hal yang dilakukan para remaja untuk mencapai apa yang diinginkannya,missal : seorang remaja putri ingin mempunyai telepon genggam model terbaru tapi karena dia tidak mempunyai uang maka dia rela menjual dirinya agar memperoleh uang.Remaja tersebut membenarkan tindakannya karena dengan cara itu dia memperoleh apa yang diinginkannya.
Hedonisme dikalangan remaja apabila ditinjau dari ilmu sosial akan lebih mudah dipahami
  1. Sejarah
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani..Asumsi awal dari faham ini adalah manusia selalu mengejar kesenangan hidupnya, baik jasmani atau rohani. Pencetus faham ini Aristipos dan Epikuros.Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Mereka melihat bahwa manusia melakukan setiap aktivitas pasti untuk mencari kesenangan dalam hidupnya. Dua filosof ini menganut aliran yang berbeda. Bila Aris lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad seperti makan, minum, dll, Epikuros lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin dll. Namun, kedua-duanya berpendapat sama yaitu kesenangan yang diraih adalah kesenangan yang bersifat privat atau pribadi (egoisme) tapi diperlukan juga aspek lain yaitu pengendalian diri.
Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme. Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap embusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.
  1. Ekonomi
Jaman semakin berkembang begitu juga dengan kebutuhan semakin lama semakin bertambah.Begitu juga dengan kebutuhan para remaja,makin lama makin bervariasi kebutuhan mereka.Untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka harus ada yang namanya uang.Bagi yang orang tuanya tergolong berduit tentu bukan hal yang sulit jika mereka ingin bersenang-senang dan memenuhi apa yang mereka inginkan,misalnya beli baju,HP,perhiasan dan lain-lain.Tapi bagi mereka yang tergolong orang tuanya tidak mampu tentu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi apa yang mereka inginkan seperti bersenang-senang dan berhura-hura.Karena itulah bagi mereka yang sulit dalam hal keuangan akan mengambil jalan pintas,misalnya menjual diri dan mencuri.
  1. Geografi
Hedonisme pada remaja bisa terjadi di mana saja,baik di kota maupun di desa.Karena Hedonisme dapat menjangkiti remaja berdasarkan pada sikap yang dimunculkan remaja tersebut.Misal ada remaja yang malas belajar tapi dia ingin memperoleh nilai yang baik dengan mencontek.Itu merupakan salah satu contoh kecil dari sikap Hedonisme.Kalau dilihat secara umum,memang hedonisme pada remaja banyak ditemukan di perkotaan karena di kotalah tersedia berbagai fasilitas yang bisa memenuhi apa yang para remaja inginkan.
  1. Budaya.
Budaya Liberal telah mulai berkembang dikalangan remaja,sikap hedonismepun mengakar dalam jiwa para remaja.Budaya hedonisme muncul dari proses pengaruh sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan sosial yang ditiru sebagai hasil dari proses pengaruh sosial.Warisan sosial tersebut terus berkembang mengikuti perkembangan sosial.
  1. Sosial
Pola interaksi dalam masyarakat beraneka ragam.Di kalangan remaja kaum hedonis sering dijumpai.Interaksi antar remaja terkotak-kotak pada status sosial yang biasa dilihat dari penampilan fisik.Semakin”wah”penampilan mereka,maka semakin menunjukkan tingkat status sosial yang lebih tinggi.Karena itulah agar dipandang memiliki status sosial yang tinggi mereka berlomba-lomba menjadi yang paling”wah”.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis.Yang penting senang,senang dan senang.Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya senang-senang selalu,itulah moto yang banyak dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini.
Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi para remaja.Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara.Apapun mereka lakukan,agar apa yang mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya.
Hedonisme berkembang pada kalangan remaja banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Di mana mereka meniru gaya hidup orang terkenal bahkan ingin juga terkenal.Berbagai macam reality show menawarkan pada para remaja untuk mencapai popularitas dengan cara instant.
Perdebatan tentang hedonisme memang terus berlangsung.Selalu ada pertanyaan tentang kebenaran dan kebaikan hedonisme.Menurut hedonisme psikologis,tidak dapat disangkal bahwa manusia selalu tertarik oleh perasaan nikmat,sekaligus secara otomatis condong menghindari perasaan-perasaan tidak enak.Manusia berusaha keras untuk mencapai tujuannya.Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas.Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut diperhatikan.Pertama,kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat.Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi,begitu pengalaman itu selesai,nikmatpun habis.Sementara itu,kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu.Dengan kata lain,kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat tertentu.Sebaliknya,pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia.Kedua,jika kita hanya mengejar nikmat saja,kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan.Sebab,pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan.Misanya;dalam persahabatan dan cinta.Kita tidak akan sanggup menggoreskan kesan mendalam dalam persahabatan dan cinta jika pertimbangan yang mendasari hanya karena ketampanan,kecantikan,kekayaan atau penampilan fisik lainya.Hasilnya adalah sesuatu yang kering,yang hanya berasa ketika bahagia,namun hambar ketika susah.
Saran
Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan sesaat,harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain.Untuk para orang tua hendaknya meningkatkan control pada anak-anak.Tanamkan nilai moral yang nantinya berguna bagi mereka.Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka pada pergaulan yang baik,dan didik mereka untuk mandiri.Sedangkan bagi para remaja,berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan saja.Masa depan masih panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka lakukan tanpa harus hura-hura dan foya-foya.



















http://sahaka.multiply.com/journal/item/13/HEDONISME_DI_KALANGAN_REMAJA?&item_id=13&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem




Tidak ada komentar:

Posting Komentar