HEDONISME DI KALANGAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Disinyalir
Hedonisme telah erat merekat dalam hidup kita.Kelekatan itu berupa
seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis.Pola hidup seperti ini
mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.Dimana orientasi
hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari
perasaan-perasaan tidak enak.
Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena
sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain ( homo ludens-makhluk
bermain ) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk
memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas
dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara
demi memperoleh kesenangan.Sikap menghalalkan segala cara untuk
memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja
saat ini.Sebagai contohnya,remaja yang suka ML ( making love-bercinta )
atas dasar senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya
liberal sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia.
Tidak salah lagi ini suatu propaganda yang sukses mengakar dalam
jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka para pemuja
kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya
adalah perilaku hedon.
Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari
berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style.
Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media
televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin
yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang
terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat
bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita
sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para
pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring
untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di
masa muda.
Para remaja berlomba-lomba mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi apa
yang diinginkannya.Berbagai upaya dilakukan agar apa yang diinginkannya
dapat tercapai.Segala daya dan upaya dilakukan untuk mencapai
kenikmatan hidup, salah satu caranya dengan mencari popularitas. Menjadi
orang yang terkenal dan diidolakan bak selebritis. Media-media instan
pun berduyun-duyun menghadirkan reality show untuk menjadi
bintang,banyak contoh AFI,KDI,Indonesian Idol,dll. Sebuah infiltrasi
budaya yang terjun ke tengah-tengah masyarakat terutama dunia remaja
yang menawarkan gaya hidup yang tak jauh dari konsep hedonisme. Pada
kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang
menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh
hedonisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia
adalah mencari kesenangan dalam hidup.
Ketika
Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak
nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur,bahkan hilang.Kepekaan
sosial mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan
untung rugi dalam bersosialisasi.Masyarakat terlihat seperti mumi hidup
yang tak berguna bagi mereka.Dan mereka seolah menjadi penjaga kerajaan
kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus apalagi
mencicipinya.Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan
mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli.Akibatnya ketika ada
orang yang membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan
enggan berkorban.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskann masalah yang dibahas sebagai berikut:
- Apakah Hedonisme itu.
- Bagaimana Hedonisme di kalangan remaja.
- Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.
- Tujuan
- Mengetahui apakah hedonisme itu
- Mengetahui bagaimanakah hedonisme di kalangan remaja.
- Mengetahui hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
- Hedonisme
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham
aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan
sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih
mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini
mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka
menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan
menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham
ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak
mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran
tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai
arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman
positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih
mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan
kenikmatan.Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan
cenderung lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan hanya
mengejar hal-hal yang bersifat sementara. Masa depan tidak lagi
terpikirkan.Saat paling utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa
depan atau masa lalu. Hidup adalah suatu kesempatan yang datangnya hanya
sekali. Karena itu, isilah dengan kenikmatan tanpa memikirkan efek
jangka panjang yang akan diakibatkan.Bila terlampau memikirkan baik
buruknya hidup, akan sia-sia karena setiap kesempatan yang ada akan
terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis negatif yang berkembang saat
ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya hidup masyarakat
modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat kental
mewarnai kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60)
kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik
yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi
kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61)
mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya
motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa
kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan
dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Adapun
hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap
baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa
sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak
menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang
mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan
itu sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan
kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang
mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan
tidak baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar
buruk; (3) bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles
menolak pendapat yang pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah
pasti buruk, sehingga kenikmatan tentunya baik. Dengan tepat ia katakan
bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa manusia bisa bahagia dalam
penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai taraf tertentu,
perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan bahwa
semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur
rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai
kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang tinggal dan sederhana.
Selanjutnya ia katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah
kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja
kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan kenikmatan baik atau buruk
tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan aktivitas yang
baik atau buruk.
Menurut Epihurus dalam Russell (2004: 372) untuk menjaga ketentraman
batin, ia menganggap kenikmatan sebagai yang baik, dan tetap memegang
teguh, dengan konsistensi yang luar biasa, terhadap segala konsekuensi
dari pandangan ini. Kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang penuh
berkah. Epihurus tidak sependapat dengan para hedonis pendahulunya dalam
membedakan antara kenikmatan aktif dan pasif, atau kenikmatan dinamis
atau statis. Kenikmatan dinamis terdapat dalam tercapinya tujuan yang
diinginkan, keingginan sebelumnya itu disertai pendidikan. Kenikmatan
statis terdapat dalam keadaan ekuilibrium, yang tercipta dari adanya
semacam keadaan yang diinginkan jika keadaan itu tidak terjadi. Saya
kira kita bisa mengatakan perumusan rasa lapar, ketika upaya untuk
memuaskan itu masih berlangsung merupakan kenikmatan dinamis, namun
keadaan senang yang lantas timbul ketika rasa lapar itu telah sepenuhnya
terpuaskan adalah kenikmatan status. Dalam kedua hal ini Epihurus lebih
bijaksana jika mengejar jenis kedua, sebab lebih murni, dan tidak
tergantung pada adanya penderitaan. sebagai perangsang munculnya
keinginan. Ia mengatakan juga bahwa kenikmatan sosial yang paling aman
adalah persahabatan, karena beranggapan bahwa semua manusia senantiasa
hanya mengejar kenikmatannya sendiri, kadang dengan cara yan bijaksana,
kadang secara tak bijaksana.
Menurut Cicerno dalam Russell (2004:335) ia berpendapat bahwa
persahabatan tak dapat dipisahkan dari kenikmatan, dan oleh sebab itu
harus dikembangkan, kerena tanpa hal tersebut kita tidak dapat hidup
dalam keamanan dan terjauhkan dari kecemasan, tak pula bisa merasakan
kenikmatan.
Sedangkan menurut Broke dalam Russell (2004 : 842) menyakini bahwa
kesenangan adalah sesuatu yang baik, dan ini merupakan pandangan yang
diterima luas dikalangan empiris disepanjang abad 18 dan 19. Namun
pandangan ini bertentangan dengan Isobbes dalam Russell (2004 : 842)
mengagungkan kekuasaan. Sebaliknya Spinoza dalam Russell (2004 : 842)
pada titik tertentu sependapat dengan Isobbes, adapun pandangan pertama
berasal dari Isobbes, sedangkan yang kedua kebaikan terdapat
kemanunggalan mistis dengan Tuhan.
Menurut John Stuart Mill dalam bukunya, Utiliarianism menawarkan
argumen yang sedemikian menyesatkan sehingga sulit dipahami mengapa ia
mengira argumen tersebut salah. Ia berkata: Kesenangan adalah
satu-satunya hal yang patut dihasrati (desired); karenanya kesenangan
adalah satu-satunya hal yang paling terhasrati (desirable). Ia
berargumen bahwa satu-satunya benda yang dapat terlihat (visible) adalah
benda yang dilihat, satu-satunya benda yang dapat terdengar adalah
benda yang didengar. Ia tidak memperhatikan bahwa suatu benda dapat
dilihat, jika benda itu patut terhasrati dan benda itu seharusnya
dihasrati. Jadi disini jelas bahwa patut terhasrati merupakan syarat
dari dihasrati.
Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam
kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip
yang mengatakan bahwa mausia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme
etis). Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara
segenap perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang
tersebut merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
Karakteristik Hedonisme
Karakteristik
hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja
yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang
sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya
dengan orang yang bahagia atau dengan kata lain : Bahagia = Kesenangan.
Disini hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik:
- Hedonisme Egoistis
Yaitu
hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal
mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu
yang lama
dan mendalam.
Contohnya:
makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan
waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan
makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat
untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat
dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang
lain, sampai puas.
- Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang.
Contohnya:
bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk,
tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan
lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.
Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme banyak jenisnya,
secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan:
- Kesenangan Fisik
Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan dinikmati oleh
batang tubuh/raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima
kesenangan itu dari tenggorokkan sampai keperut. Hasil kesenangan itu
biasa dinilai dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, delicious, dan sebagainya.
Bila sumbernya hubungan badani (coitus),
maka yang menerima kesenangan itu adalah alat kelamin, seluruh badan
jasmani, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: nikmat,
enak, sedap dan sebagainya.
Bila sumbernya sebagai hasil kerja, misalnya pekerjaan tangan, atau
sesuatu yang menggunakan tenaga seperti pekerjaan di pelabuhan, di
kebun, di pertambangan, dan sebagainya, maka kesenangan itu dinilai
dengan sebutan: memuaskan, beres, selesai, upahnya pantas dan
sebagainya.
- Kesenangan Psychis/Rohani
Bila
sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi
atau prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merdu/musik,
maka hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat,
indah, memuaskan mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan
oleh rasa, emosi, dan getaran jiwa.
Bila sumbernya itu berasal dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan
itu adalah otak, pikir, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan
sebutan: ilmiah, merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam,
intellegensi yang tinggi, mengagumkan dan sebagainya.
Bila sumbernya adalah kepercayaan yang menikmati kesenangan itu adalah
jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinilai dengan
sebutan: menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, rasa takwa, syahdu,
suci, yakin dan sebagainya.
Karakteristik menurut Pospoprodijo (1999:71) Kesenangan yang dimaksud
adalah kesenangan untuk hidup saja, yakni kesenangan yang kita dapat
dengan perantara kemampuan-kemampuan kita dari subyek-subyek yang
mengelilingi kita didunia ini.
- Hedonisme di kalangan remaja
“Virus”hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja.Dari
anak hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini.Anak punya
kecenderungan hedonistis.Akibat kodrat biologis dan belum jalanya daya
penalaran, anak harus bergantung pada ibu atau orang lain.Minum
dibuatkan,makan disuapin,jalan jauh merengek minta gendong.Ia
menggantungkan hidupnya pada orang lain karena memang ia belum sanggup
mengerjakan sendiri.Ia hanya ingin nyaman dan nikmat.Hedonis?Ya,tapi
lebih tepat disebut hedonis secara biologis.Bersama dengan berjalanya
waktu dan proses sosialisasi,ia akan mulai punya kesadaran dan kemampuan
menentukan pilihan.Nah,kalau ia sudah sampai pada taraf kesadaran
seperti itu namun tetap bersikap”kebayi-bayian”seperti tadi,barulah ia
disebut hedonis.
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah
remaja.Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias
terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi
mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat
munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada
kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan
tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja yang gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini.Yaitu minimal harus mempunyai handphone,
lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi
mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi
semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan
ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil.
Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di
sekitar kehidupan kampus..Misalnya adanya "ayam kampus" ( suatu
pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi
ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi
syarat remaja gaul dan funky.
Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka. Masa bodoh dengan kuliah, yang penting have fun tiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free sex
yang melanda kehidupan kaum muda sekarang.Sudah tentu, jika anggapan
tentang seks bebas diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja,
pastilah tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut adat-istiadat timur
yang menganggap seks sebagai hal yang sakral.Kemudian contoh kasus lain
lagi, yaitu praktik jual beli nilai di kampus yang sekarang sedang
merebak. Jika dilihat lebih jauh, ternyata itu juga dampak dari gaya
hidup hedonis yang melahirkan adanya mentalitas instan.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus
(belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan
menghilang.Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika
bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak
dilakukan? Untuk apa kita harus melalui proses panjang dengan
pengorbanan, kalau hasilnya sama.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung
dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan
pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang
berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat.Acara ini sangant
diminati terutama para remaja.Bila dilihat secara jeli ternyata acara
tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme.
Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi
para kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang
morat-marit ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang
kontradiksi, disatu sisi lain keadaan perekonomian bangsa sedang krisis
tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin marak. Aneh memang, banyak
warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang
hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran yang
membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian
besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka
malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya
tereleminasi.Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan
pribadi mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian
anak-anak muda di negeri Seribu satu masalah ini.
C.Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang
hanya menghendaki kesenangan.Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar
dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya
menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan
pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para
remaja.Tapi sayangnya kadang semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya
cara berfikir mereka dalam menyikapi berbagai persoalan.Banyak diantara
para remaja yang melarikan diri dari masalah dengan
berhura-hura.Kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan
di kalangan remaja.
Dalam
identifikasi mentalitas budaya yang dikemukakan Sorokin, sikap
hedonisme yang telah menjadi budaya hedon di kalangan remaja dimasukkan
dalam kebudayaan indrawi.Yaitu kebudayaan indrawi pasif dan kebudayaan
indrawi sinis.
- Kebudayaan indrawi pasif yang meliputi hasrat menikmati kesenangan indrawi setinggi-tingginya (“eksplorasi parasit” ,dengan motto makan minum dan kawinlah sebab besuk kita akan mati).Pola pikir seperti itulah yang mengajak para remaja hanya bersenang-senang selagi ada kesempatan,seakan-akan hidup hanya”mampir”karena itulah mereka hanya mengejar kesenangan,padahal masih banyak hal yang bernilai dalam hidup ini selain makan minum dan bersenang-senang saja.
- Kebudayaan indrawi sinis,yang mengejar tujuan jasmaniah dengan mencari pembenaran rasionalisasi ideasional ( yang sebenarnya tidak diterimanya ).Banyak hal yang dilakukan para remaja untuk mencapai apa yang diinginkannya,missal : seorang remaja putri ingin mempunyai telepon genggam model terbaru tapi karena dia tidak mempunyai uang maka dia rela menjual dirinya agar memperoleh uang.Remaja tersebut membenarkan tindakannya karena dengan cara itu dia memperoleh apa yang diinginkannya.
Hedonisme dikalangan remaja apabila ditinjau dari ilmu sosial akan lebih mudah dipahami
- Sejarah
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani..Asumsi awal
dari faham ini adalah manusia selalu mengejar kesenangan hidupnya, baik
jasmani atau rohani. Pencetus faham ini Aristipos dan Epikuros.Tujuan
paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati
kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Mereka melihat
bahwa manusia melakukan setiap aktivitas pasti untuk mencari kesenangan
dalam hidupnya. Dua filosof ini menganut aliran yang berbeda. Bila Aris
lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad seperti makan,
minum, dll, Epikuros lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti
bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin dll. Namun, kedua-duanya
berpendapat sama yaitu kesenangan yang diraih adalah kesenangan yang
bersifat privat atau pribadi (egoisme) tapi diperlukan juga aspek lain
yaitu pengendalian diri.
Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam
perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang
tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis,
seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat
kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham
ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak
mungkin selagi kamu hidup), menjiwai tiap embusan napas aliran tersebut.
Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti
mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman
positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih
mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.
- Ekonomi
Jaman semakin berkembang begitu juga dengan kebutuhan semakin lama
semakin bertambah.Begitu juga dengan kebutuhan para remaja,makin lama
makin bervariasi kebutuhan mereka.Untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
mereka harus ada yang namanya uang.Bagi yang orang tuanya tergolong
berduit tentu bukan hal yang sulit jika mereka ingin bersenang-senang
dan memenuhi apa yang mereka inginkan,misalnya beli baju,HP,perhiasan
dan lain-lain.Tapi bagi mereka yang tergolong orang tuanya tidak mampu
tentu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi apa yang mereka inginkan
seperti bersenang-senang dan berhura-hura.Karena itulah bagi mereka yang
sulit dalam hal keuangan akan mengambil jalan pintas,misalnya menjual
diri dan mencuri.
- Geografi
Hedonisme pada remaja bisa terjadi di mana saja,baik di kota maupun di
desa.Karena Hedonisme dapat menjangkiti remaja berdasarkan pada sikap
yang dimunculkan remaja tersebut.Misal ada remaja yang malas belajar
tapi dia ingin memperoleh nilai yang baik dengan mencontek.Itu merupakan
salah satu contoh kecil dari sikap Hedonisme.Kalau dilihat secara
umum,memang hedonisme pada remaja banyak ditemukan di perkotaan karena
di kotalah tersedia berbagai fasilitas yang bisa memenuhi apa yang para
remaja inginkan.
- Budaya.
Budaya Liberal telah mulai berkembang dikalangan remaja,sikap
hedonismepun mengakar dalam jiwa para remaja.Budaya hedonisme muncul
dari proses pengaruh sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi
sebagai warisan sosial yang ditiru sebagai hasil dari proses pengaruh
sosial.Warisan sosial tersebut terus berkembang mengikuti perkembangan
sosial.
- Sosial
Pola interaksi dalam masyarakat beraneka ragam.Di kalangan remaja kaum
hedonis sering dijumpai.Interaksi antar remaja terkotak-kotak pada
status sosial yang biasa dilihat dari penampilan
fisik.Semakin”wah”penampilan mereka,maka semakin menunjukkan tingkat
status sosial yang lebih tinggi.Karena itulah agar dipandang memiliki
status sosial yang tinggi mereka berlomba-lomba menjadi yang
paling”wah”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti
perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja
membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak
realistis.Yang penting senang,senang dan senang.Tak mau bersakit-sekit
dulu,inginya senang-senang selalu,itulah moto yang banyak dipakai para
remaja untuk menikmati hidup ini.
Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi
para remaja.Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan
tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara.Apapun mereka
lakukan,agar apa yang mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli
dengan resikonya.
Hedonisme berkembang pada kalangan remaja banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.Di mana mereka meniru gaya hidup orang terkenal bahkan
ingin juga terkenal.Berbagai macam reality show menawarkan pada para
remaja untuk mencapai popularitas dengan cara instant.
Perdebatan
tentang hedonisme memang terus berlangsung.Selalu ada pertanyaan
tentang kebenaran dan kebaikan hedonisme.Menurut hedonisme
psikologis,tidak dapat disangkal bahwa manusia selalu tertarik oleh
perasaan nikmat,sekaligus secara otomatis condong menghindari
perasaan-perasaan tidak enak.Manusia berusaha keras untuk mencapai
tujuannya.Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya
nikmat atau puas.Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua
gagasan yang patut diperhatikan.Pertama,kebahagiaan tidak sama
dengan jumlah perasaan nikmat.Nikmat selalu berkaitan langsung dengan
sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi,begitu pengalaman
itu selesai,nikmatpun habis.Sementara itu,kebahagiaan menyangkut sebuah
kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita
sendiri,dan tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu.Dengan
kata lain,kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat
tertentu.Sebaliknya,pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia.Kedua,jika
kita hanya mengejar nikmat saja,kita tidak akan memperoleh nilai dan
pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan.Sebab,pengalaman
ini hanya akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan
pengorbanan.Misanya;dalam persahabatan dan cinta.Kita tidak akan sanggup
menggoreskan kesan mendalam dalam persahabatan dan cinta jika
pertimbangan yang mendasari hanya karena ketampanan,kecantikan,kekayaan
atau penampilan fisik lainya.Hasilnya adalah sesuatu yang kering,yang
hanya berasa ketika bahagia,namun hambar ketika susah.
Saran
Untuk
membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan
sesaat,harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang
lain.Untuk para orang tua hendaknya meningkatkan control pada
anak-anak.Tanamkan nilai moral yang nantinya berguna bagi mereka.Misal
tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka pada pergaulan yang baik,dan
didik mereka untuk mandiri.Sedangkan bagi para remaja,berpikirlah dulu
sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan saja.Masa depan masih
panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka lakukan tanpa
harus hura-hura dan foya-foya.
http://sahaka.multiply.com/journal/item/13/HEDONISME_DI_KALANGAN_REMAJA?&item_id=13&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar