Kekeristenan dan Nasionalisme
1. PENDAHULUAN
1.
Pokok Kajian
Dalam kurun waktu kurang dari setengah abad sejak awal
abad ke-20 ini, pergerakan nasional Indonesia berhasil membawa Indonesia kepada
kemerdekaan dan kesatuan nasional. Dalam pergerakan itu berhadap-hadapan pihak
pemerintah kolonial Belanda, yang ingin mempertahankan kekuasaannya atas bangsa
dan wilayah Indonesia, dengan bangsa Indonesia,yang ingin menjadi bangsa yang
merdeka. Bagi bangsa Indonesia, pergerakan itu merupakan proses dimana rasa
kesebangsaan makin mengental mengatasi kepelbagaian suku dam daerah. Pergerakan
itu juga adalah konfiguarasi dai aneka gagasan dan kegiatan, mulai dari yang
kolot sampai yang radikal, dari tekanan yang primordialistik sampai yang modern
dan sekuler. Hasil-hasil kajian sejarah pergerakan nasional Indonesia sampai
sekarang menampilkan kemajemukan itu, dimana pada kerangka dasarnya pihak
Indonesia pendukung pergerakan dapat dibedakan atas golongan nasionalis radikal
dan nasonalis konservatis.Golongan radikal menghendaki kemerdekaan Indonesia
sepenuhnya dan secepatnya dari penjajahan Belanda, sedangkan yang konservatif
menyetujui suatu kemerdekaan dalam ikatan dengan dan yang dipersiapkan (secara
berangsur-angsur) dari pihak penjajah. Perbedaan lainnya adalah dari segi
ideologi, yaitu – yang menjadi jelas pada saat-saat perumusan konsep UUD –
golongan nasionalis sekuler dan nasionalis Islam (lazim pula disebut golongan
Kebangsaan dan golongan Islam).
Sejumlah kajian ilmiah mengenai peran
golongan-golongan yang berbeda itu dalam pergerakan nasional, telah dilakukan
terutama oleh para sarjana asingdan sebagian telah diterbitkab dalam bahasa
Indonesia. Tetapi peranan atau tempat pihak kristen Protestan Indnesia dalam
pergerakan nasional Indnoesia, sampai sekarang belum mendapat perhatian yang
memadai.
Pada tahun 1965-1967 diselenggarakan di Indonesiasuatu
proyek penelitian bernama “Project Study Fadjar” bahagian dari rangkaian
penelitian di beberapa negara dengan tujuan meneliti partisipasi umat kristen
dalamnational building dalam bidang-bidamh sejarah gereja, politik,
ekonomi, pemuda, kebudayaan, pendidikan dan kebudayaan. Dr. T.B. Simatupang,
yang menyusun laporan penelitian bidang politik, mencatat adanya partisipasi
Kristen dalam pergerakan nasiional melalui tiga bidang.
Pendekatan ini tampaknya bertolak dari suatu upaya
politik untuk membuktikan adanya peran historis pihak Kristen dalam pembangunan
nasional khususnya dan dalam upaya bina bangsa Indonesia pada umumnya.Walaupun
proyek penelitian itu meliputi berbagai segi, keseluruhannya masih merupakan
“permulaan dari suatu usaha yang serius”. Pendekatan ini tentu mempunyai
fungsinya dan merupakan sumbangan penting bagi pembinaan dan pengenalan dari
pihak Kristen Protestan, baik sebagai bangsa maupun sebagai gereja di Indonesia.
Pihak Kristen Katolik di Indonesia telah pula megungkapkan partisipasinya dalam
perjuanagn dan pembangunan nasional., dengan pedekatan yang sama.
Perhadapan kekristenan dengan nasioalisme Indonesia
adalah suatu perjumpaan, dimana pihak Kristen juga mendapat masukan-masukan
dari nasionalisme Indonesia. Dalam ungkapan teologis dapat dikatakan bahwa
pergerakan nasional Indonesia menjadi konteks dimana panggilan gereja di
Indonesia diberi bentuk. Sebab itu perlu diungkapkan bersama, baik sumbangan
yang diberikan oleh pihak Kristen terhadap pergerakan nasional Indonesia,
maupun pengaruh nasionalisme terhadap kekristenan di Indonesia. Dengan demikian
gereja di Indonesia masa kini memperoleh pengenalan diri yang lebih utuh dan
kritis dari masa lampaunya.Maka masalah pokok yang perlu dikaji dalam hubungan
dengan peranan golongan Kristen dalam perjuangan mencapai kemerdekaan dan dalam
usaha bina bangsa Indonesia adalah bagaimana golongan Kristen Indonesia
menemukan dan memahami tempatnya yang tepat dalam perjalanan sejarah bangsanya.
Dengan ungkapan teologis, ini berarti bagaimana golongan Kristen memahami
pemberitaan Firman Tuhan dalam konteks dunia zamannya. Pertanyaan itu dapat
dijawab dengan menempatkan kekristenan di Indonesia bagi dinamika sejarah dan
karena itu dapat dinilai secara kritis. Dengan kata lain, diperlukan suatu
studi yang bertolak dari pengakuan terhadap kontekstualisasi kekristenan, yang
sekaligus menjadi olak ukur dalam menilai sejarahnya. Artinya, sejarah gereja
di Indonesia dikaji dalam kerangka keterkaitannya dengan kenyataan-kenyatan
masyarakatnya. Tentu saja selain jasa dan peran, pengkajian sejarah secara
kritis akan juga menyingkap noda-noda “kesesatan” golonga kristen dalam
liku-liku pencarian dan pemahaman panggilannya di tengah-tengah sejarah
bangsanya. Dan justru dalam kenyataan-kenyataan itu pula sejarah bermakna
sebagai guru bagi kekristenan.
Dalam kerangka itulah maka dalam studi ini diusahakan
memberi perhatian pada hubungan kekristenan Protestan dengan nasionalisme di
Indonesia. Hubungan itu dapat diperiksa dalam berbagai bidang yang berkaitan
dengan pengungkapan nasionalisme Indonesia. Dalam konteks pokok kajian ini,
nasionalisme Indonesia diartikan keseluruhan gagasan-gagasan dan
tindakan-tindakan yang bertolak dari dan terarah kepada perjuangan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu. Tekanan studi ini dibatasi
pada dua hal: sikap kristen Protestan terhadap pergerakan nasional di bidang
politik dan pada pengaruh nasionalisme di dalam perkembangan kekristenan Protestan
di Indonesia. Pada yang pertama hendak diperiksa bagaimana sikap (bukan
terutama peran) lembaga-lembaga atau tokoh-tokoh Kristen Protestan
di Indonesia terhadap pergerakan nasional. Diharapkan bahwa dalam bagian ini
akan dapat diungkapkan dan dijelaskan wawasan politik kalangan Kristen
Protestan Indonesia , baik terhadap hubungan kolonial maupun tehadap cita-cita
nasional Indonesia. Pada bagian kedua diharapkan dapat diungkapkan pengaruh
nasionalisme Indonesia di dalam proses ganda kemandirian dan keesaan
gereja-gereja Protestan di Indonesia.
2.
Sejarah Agama Kristen
Jadi, pokok studi ini adalah kekristenan Protestan di
Indonesia: sikapnya terhadap pergerakan nasional dan pengaruh nasionalisme
Indonesia terhadapnya. Dalam hal itu maka studi ini adalah pengkajian sejarah
gereja. Dalam pendekatannya, terdapat tiga aliran pengertian mengenai
tempat sejarah gereja dalam disiplin ilmiah. Para pendukung pemikiran yang
bertolak dari kenyataan empiris menempatkan sejarah gereja sebagai bagian dari
sejarah umum, yakni sejarah agama kristen. Pihak lainnya bertolak dari
pandangan teologis dan menempatkan sejarah gereja di dalam
disiplin ilmu-ilmu teologi. Sedangkan pihak ketiga menggabungkan kedua
pandangan itu, bahwa sejarah gereja bertolak dari fakta-fakta empiris dan
kemudian menilainya secara teologis. Sesuai dengan pokok bahasan, studi ini
terutama menekankan segi sejarah agama Kristen dalam kerangka sejarah nasional
Indonesia. Sebagaimana dikemukakan di atas, dalam pendekatan ini titik tolak
dan evaluasi historis yang menjadi acuan subyektif adalah keterkaitan (sifat
kontekstual) kekristenan dengan kenyataan sosial politik zamannya. Keterkaitan
itu dapat dinilai dalam wawasan dan sikap serta adaptasi kalangan-kalangan
Kristen terhadap masalah-masalah sosial politik zamannya (dalam hal ini
perhadapan nasionalisme dengan kolonialisme).
Keterkaitan tersebut ditempakan dalam kerangka
pemikiran teologi, sehingga sejarah kekristenan dievaluasi secara teologis.
Dalam hal ini berlaku pendekatan multidisipliner dalam historiografi, bahwa
ilmu-ilmu lain dibutuhkan dalam usaha memahami dan menulis sejarah. Jadi, dalam
studi ini teologi mendukung pemahaman dan penulisan sejarah.
Dengan pendekatan yang dikemukakan di atas, maka
selain sebagai sejarah gereja, studi ini adalah studisejarah nasional
Indonesia, yakni bagian dari sejarah pergerakan nasional Indonesia yang
berlangsung dalam kurun waktu parohan pertama abad ke-20 ini. Sejarah
pergerakan nasional Indonesia sampai kemerdekaan merupakanacuab dalam
menguraikan sikap politik kalangan Kristen terhadap nasionalisme Indonesia, dan
menjadi salah satu latar belakang utama bagi proses perkembangan di dalam
kekristenan di Indonesia.
Berbeda dengan pendekatan sejarah nasional yang
ideologistik, studi ini berusaha mempertahankan historiografi yang kritis,
dengan mengikuti historiografi Indonesia yang dikembangkan Prof. Sartono
Kartodirdjo. Fokus utama dalam studi ini adalah kekristenan Protestan
Indonesia. Orang Kristen Protestan Indonesia merupakan subyek utama dalam
sejarah perhadapan kekristenan Protestan dengan pergerakan nasional Indonesia,
tanpa mengabaikan kenyataan peran penting orang Kristen asing (khususnya para
pekabar injil Eropa). Dengan kata lain, studi ini menempatkan kekristenan
Protestan Indonesia pada titik pusat dinamika perjumpaannya dengan pergerakan
nasional Indonesia dan dalam hubungannya dengan pihak Kriten asing (Eropa).
Selain penekanan pada orang kristen Indonesia, segi “Indonesia sentris” lainnya
dalam studi ini adalah sudut pandang integratif terhadap sejarah gereja-gereja
di Indonesia (perspektif oikumenis). Tanpa mengabaikan kemandirian sejarah
lokal masing-masing gereja, diutamakan di sini faktor-faktor yang mendukung
proses pemuaran sejarah masing-masing ke sejarah bersama.
Diharapkan bahwa genre historiografi
Kristen seperti ini dapat memberi sumbangan tersendiri, baik terhadap penulisan
sejarah nasional Indonesia, maupun dan khususnya terhadap penulisan sejarah
gereja di Indonesia. Maka studi ini, sebagaimana adanya, pada satu pihak
ditempatkan berjajar dengan hasil-hasil kajian kritis dalam sejarah
nasional, dan pada pihak lain dengan sejarah gereja di Indonesia. Sebagai
bagian dari sejarah nasional, diharapkan akan melengkapi keutuhan sejarah
nasional Indonesia, suatu sumbangan bagi peningkatan saling pengertian dalam
memperkokoh kesatuan dan persatuan nasional.
3.
Sumber-sumber
Salah satu kendala utama dalam penelitian sejarah
kekristenan di Indonesia zaman pergerakan nasional ini adalah langkanya
bahan-bahan sejarah yang berasal dari pihka Indonesia, sementara sumber-sumber
dari pihak asing (badan-badan Zending, pemerintah kolonial) cukup banyak.
Sumber-sumber asing itu bermasalah dalam bahasanya yang asing, tempat
penyimpanannya di negeri yang asing, dan terlebih karena diungkapkan dalam sudut
pandang dan “ideologi” yang asing dai sudut pandang Indonesia. Sebab itu perlu
diusahakan supaya bahan-bahan asing itu dapat melayani dalam mengungkapkan
kenyataan kekristenan Indonesia secara lebih obyektif.
Selain bahan-bahan primer (laporan-laporan dan
bahan-bahan arsip lainnya), dalam studi ini dipakai pula bahan-bahan sekunder
(hasil-hasil studi dari masa itu dan dari masa kemudian). Secara khusus perlu
disebutkan bahan-bahan yang terdapat dalam media cetak yang diterbitkan
badan-baan Kristen masa itu, seperti de Banier (media CEP/CSP), De
Opwekker (media NIZB), Mededeelingen der vereenigde Indische
Oud-leden der Nederlandsche Christen Studentenvereeniging (media
VIO-NCSV), Mededeelingen vanwage het Nederlandsch Zendelinggenootschap, The
Student World (WSCF), Eltheto (NCSV). Dapat dikemukakan di sini
bahwa fungsi terbitan-terbitan itu tidak hanya menyimpan bahan-bahan sejarah
bagi masa kemudian; pada masanya, terbitan-terbitan itu merupakan sarana
penting dalam pertukaran dan perluasan gagasan.
Tetapi terbitan-terbitan itu tertulis dalam bahasa
asing dan berasal dari pihak asing, sehingga beredar dalam lingkungan tebatas
dan dengan sudut pandang yanng berbeda. Hanya sedikit orang Kristen Indonesia
yang membacanya.dan lebih sedikit lagi yang ikut mengungkapkan pemikirannya di
dalamnya. Kebanyakan terbitan dalam bahasa melayu atau bahasa daerah, untuk
kebutuhan setempat dan bagi kalangan sendiri, lebih merupakan bacaan-bacaan
rohani dan kurang berisi informasi atau penyuluhan-penyuluhan masalah sosial politik.
Antara tahun 1926-1931 diterbitkan di Batavia
dwimingguan Zaman Baroe dalam bahasa Melayu, yang merupakan majalah
sosial politik Kristen. Terbitan ini merupakan media penting bagi perluasan
politik orang Kristen Indonesia dan salah satu sumber penting untuk mengetahui
pemikiran-pemikiran politik yang hidup di kalangan orang Kristen Indonesia pada
waktu itu, yang justru merupakan masa puncak dalam pergerakan nasional
Indonesia.
4.
Struktur Uraian
Seperti dikemukakan di atas, studi ini mengkaji dua
pokok: mengungkapkan bagaimana sikap lembaga-lembaga atau tokoh-tokoh Kristen
di Indonesia terhadap pergerakan nasional, dan mengenai pengaruh nasionalisme
Indonesia di dalam proses ganda kemandirian dan keesaan gerja-gereja di
Indonesia. Kedua pokok ini diuraikan dalam enam bab, Bab I – Bab VI. Dalam bab
I diuraikan sejarah kekristenan di Indonesia sejak abad ke-16, ketika agama
Kristen (Katolik Roma) masuk ke Indonesia oleh kedatangan bangsa Portugis, samapi
jamam pergerakan nasional Indonesia. Dengan bersandar pada sumber-sumber
sekunder , pokok perhatian dalam masa kurang lebih 400 tahun ini adalah
perhadapan kekristenan Gereja Protestan dan kalangan Zending dengan
masalah-masalah sosial politik di Indonesia, yang berada di bawah kekuasaan
asing. Dalam bagian ini pula diuraikan politik kolonial Belanda di Indonesia
pada abad ke-19 dan ke-20, khususnya politik etis dan bangkitnya pergerakan
nasioanal Indonesia serta sikap Zending terhadap masing-masing kenyataan itu.
Dalam pokok yang disebut terakhir, peran Hendrik Kraemer cukup menentukan dalam
mengarahkan kalangan Zending kepada sikap yang lebih positif.
Bab II mengenai organisasi sosial an organisasi
politik kalangan Kristen di Indonesia dalam rangka pergerakan nasional.
Pertama-tama dikemukakan organisasi-organisasi suku/daerah yang anggotanya
terbanyak beragama Kristen. Selanjutnya uraian mengenai partai-partai politik
kristen, yaitu CEP/CSP, PKC dan PMI/PKMI. Dalam bagian ini dikemukakan
pemahaman teologis mengenai politik dari dua orang aktivis politik Kristen
Indonesia, A. Latumahina dan I. Siagian, dan pandangan-pandangan politik dua
orang tokoh nasionalis Indonesia beragama Kristen, Dr. Ratu Langie dan Dr.
T.S.G. Moelia.
Bab II mengenai kemunculan generasi muda Kristen
dengan wawasan yang baru, yaitu generasi yang dibina untuk bersikap positif
(tapi kritis) terhadap nasionalisme Indonesia dalam terang iman Kristen.
Generasi ini pula yang mengalami terobosan dalam arah oikumenis kekristenan di
Indonesia. Kemunculan mereka berhubungan dengan pelayanan sejumlah mantan
anggota gerakan mahasiswa Kristen belanda di Indonesia dan dalam kaitan dengan
peristiwa-peristiwa oikumenis tahun 1920-an dan 1930-an. Pembentukan CSV dan
konferensi WSCF di Citeurep tahun 1933 merupakan puncak-puncak utama dalam
sejarah generasi ini. Sosok nasionalis generasi ini diungkapkan melalui dua
orang tokohnya, P.A. Tiendas dan J. Leimena. Di bidang kepemimpinan dan
pelayanan gereja, pendirian HTS pada tahun 1934 juga merupakan terobosan
penting dalam kemunculan generasi muda Kristen yang berwawasan baru itu.
Bab IV secara khusus mengenai pandangan politik
kalangan Kristen Indonesia dengan tokoh-tokoh penting dari generasi baru
tersebut di atas dalam menyambut dan mendukung Indonesia baik di dalam
lingkungan partai politik Kristen (PARKINDO) maupun dalam kalangan para
pemimpin gereja-gereja Indonesia. Penekanan mereka adalah dukungan penuh
terhadap kemerdekaan Indonesia dan pentingnya kebebasan (ber)agama.
Pengaruh nasionalisme Indonesia terhadap kalangan
Kristen Indonesia turut menentukan perkembangan menuju kemandirian dan keesaan
gereja-gereja. Dalam Bab V diusahakan menunjukan proses itu dalan proses
kemandirian jemaat-jemaat asuhan Zending dan dalam reorganisasi gereja Protestan,
dan selanjutnya Bab VI, dalam usaha mewujudkan keesaan gereja di Indonesia,
yang bermuara pada pembentukan DGI pada tahun 1950.
Bab pendahuluan ini merupakan pengantar ke dalam semua
bab uraian; dan selain rangkuman pula pada tiap-tiap bab, suatu bab dikhususkan
pada bagian akhir dalam studi ini, yang merupakan penyimpulan dan penilaian
terhadap keseluruhan uraian.
5.
Agama di atas
Kebangsaan
Studi ini mengungkapkan bahwa di bidang politik
kalangan Kriten bersikap kritis terhadap nasionalisme yang diperjuangkan
golongan radikal dalam pergerakan nasional Indonesia. Sikap kritis itu bertolak
dari pemahaman mereka terhadap prinsip-prinsip Kristen dalam Kitab Suci
mengenai hakikat sejarah dan kebangsaan. Sebab itu baik para politisi
konservatif pada masa kolonial, maupun yang lebih progresif menyambut
pergerakan kemerdekan Indonesia sama berpegang pada asas teokrasi, yaitu bahwa
panggilan orang Kristen adalah menyatakan dan berusaha mewujudkan kehendak
Tuhan dalam kehidupan bernegara., berbangsa dan bermasyarakat. Peralihan dari
pengungkapan konservatif ke progresif sikap politik yang sama asanya itu,
menunjukan adanya suatu transformasi pemahaman nasionalisme dalam kalangan
Kristen.
Di bidang kegerajaan berlangsung adaptasi positif,
dalam arti aspirasi nasionalme turut menentukan proses dan tujuan gerakan
oikumenis yakni gerakan kemandirian dan keesaaan gereja di indonesia. Dan dalam
gerakan itu kekristenan Protestan di Indonesia menemukan jati dirinya sebagai
kekristenan di Indonesia. Dengan kata lain, gerakan oikumene di Indonesia
adalah pula transformasi nasionalisme dalam kekristenan di Indonesia.
Jadi, yang menonjol dalam kajian ini adalah proses
transformasi, yakni transformasi pemahaman Kristen mengenai nasionalisme dalam
asas teokrasi di bidang politik, dan transformasi nasionalisme Indonesia di
dalam gerakan oikumene gereja-gereja di Indonesia.
( diambil dari institut Laimena )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar